Usianya masih sebelas tahun. Hanya badannya yang tampak bongsor bila
dibandingkan anak seumurnya. Pelajaran di sekolah pun tak cemerlang layaknya
anak-anak berprestasi. Namun semangat beribadahnya sangat luar biasa. Bahkan
mungkin manusia dewasa kalah dengan kobaran itu.
Usianya masih sebelas tahun. Meskipun ia berasal dari keluarga yang
terlihat kurang mendalami agama, jarang kulihat semangat ibadahnya surut,
bahkan semakin meluap.
kUsianya masih sebelas tahun. Hidupnya pun sungguh bergelimang kasih
sayang dan materi. Namun itu tak melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang
muslim.
Usianya masih sebelas tahun. Wajahnya imut tampan menggemaskan. Rasanya
ingin kucubit pipi gembulnya.
Usianya masih sebelas tahun. Cerita itu dimulai ramadhan lalu, saat itu
aku sedang mengajar kakak perempuannya pelajaran Fisika. Pukulan bedug
bertalu-talu keras, adzan magrib pun berkumandang. Sejenak kami berdua
menghentikan kegiatan kami untuk membatalkan puasa yang telah kami tempuh
sehari penuh.
Usianya masih sebelas tahun. Menjelang Isya, ia tiba-tiba mencari
supirnya untuk menemaninya shalat tarawih di masjid. Saat itu Bulan Ramadhan,
aku pun berpikir mungkin saja ia ingin segera meminta tanda tangan khotib dan
imam untuk menulis buku agenda Ramadhan.
Usianya masih sebelas tahun dan ia ternyata berbeda. Kakak perempuannya
berkata bahwa adiknya sesegera mungkin sampai di masjid karena ingin melakukan
qomat sebelum shalat berjamaah dimulai. Aku terdiam dan terpaku di depan
puluhan soal fisika yang tergeletak. Hati ini terharu menangis.
Usianya masih sebelas tahun. Padahal selama ini aku selalu melihatnya
tidak berhenti bermain dengan ipad kesayangannya. Bahkan semua kebutuhannya
selalu disiapkan oleh asisten rumah tangga. Sehingga tidak terbersit dalam
pikiran ia akan memiliki semangat yang begitu besar dalam beribadah.
Usianya masih sebelas tahun. Yang kutahu, kedua orangtuanya hanya
menyuruhnya untuk shalat. Mungkin tidak terpikir bagi mereka akan kewajiban
seorang lelaki untuk shalat di masjid. Semangat shalat berjamaah itu timbul
tanpa ada paksaan, lahir dari keluguan seorang anak.
Usianya masih sebelas tahun. Ibu dan kakak perempuannya tak berjilbab.
Namun beberapa waktu lalu, ketika supir yang biasa menemaninya ke masjid sedang
libur bekerja, ibunya dengan tanpa jilbab menemaninya untuk melakukan iqomat
dan shalat berjamaah di masjid.
Usianya masih sebelas tahun dan kakak perempuannya pun tidak pernah absen
untuk shalat dhuha. Di sela pelajaran sekolah, kakak perempuannya selalu
mengajak temannya yang berjilbab untuk beribadah shalat dhuha. Temannya yang
tidak berjilbab tidak pernah mau diajak ke mesjid, katanya.
Usianya masih sebelas tahun. Dan masih banyak anak-anak soleh yang bahkan berusia sangat muda, memiliki ilmu serta semangat beribadah tinggi.
Seperti Imam Syafii yang di usia tujuh tahun hafal Al Quran dan di usia dua
belas tahun beliau membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya
Imam Malik. Lalu pada masa ini, seorang anak berusia tujuh tahun bernama Husein
Tabataba'i mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Hijaz College
Islamic University Inggris karena hafal dan paham Alqur'an. Betapa
usia tidak menjadi penghalang dalam beribadah.
Usianya masih sebelas tahun. Memang ilmu dan semangat beribadahnya masih
kalah jauh dengan Imam Syafii dan Husein Tabtaba’I, namun ia telah membuktikan
bahwa di usia muda, ia sudah mulai memiliki kemauan kuat untuk beribadah secara
benar.
Usianya masih sebelas tahun. Aku pun mulai berkaca. Ketika seusia itu
sudahkan shalatku benar? Sudahkah aku menutup aurat? Sudahkah aku mengkaji ilmu
agama? Sudahkan aku se-istiqomah dia? Belum.
Usianya masih sebelas tahun. Kuharap dengan ketulusannya dalam mencinta
Allah, akan membawa keluarganya semakin dekat kepada Rabbnya. Kuharap dengan
ketulusannya dalam menyembah Allah, akan menggerakkan hati keluarganya agar
tersemangati mendalami ilmu agamanya.
28 Oktober 2013
*Malam bersama senandung hujan
oleh Amalia Larasati Oetomo
oleh Amalia Larasati Oetomo
0 komentar:
Posting Komentar