Pengunjung Lapak

Selasa, 31 Januari 2012

Narasi Perijinan


Oleh: Amalia Larasati Oetomo
20 Januari 2012
Somalia, mungkin ini negara pertama yang akan saya kunjungi sebelum saya menginjakkan kaki saya di negara impian saya, Arab Saudi. Memang, negara Somalia bukanlah negara tujuan umat muslim untuk umrah atau pun pergi haji, tapi saya yakin akan ada sejuta cerita dan kebaikan di sana.
Bersama dengan keenam sahabat, kami semua memiliki kesempatan untuk dapat pergi ke sana. Terlepas siapa pun yang diberikan amanah untuk menjadi relawan. Menjadi relawan bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya diperlukan perjuangan tenaga dan pikiran, namun juga keikhlasan hati yang besar. Selain itu dibutuhkan keahlian khusus dalam meringankan beban trauma dan memberikan penyuluhan mental kepada para korban. Hal itu yang akan kami pelajari.
Banyak persiapan yang pastinya akan kami persiapkan dalam mengemban amanah ini. Dari persiapan program, dana, ilmu, keahlian, dan pastinya ijin dari orang tua. Bagi saya, persiapan terakhir inilah yang paling sulit saya lakukan. Karena apabila persiapan lain sudah

Jumat, 20 Januari 2012

Berpikir kritis meningkatkan ranah keilmuan

Can Asians Think?(2005)
Kalimat tersebut merupakan judul sebuah buku karangan seorang pemikir Asia progresif Kishore Mahbubani yang disadur dari artikel Abdul Allam Amrullah. Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Dapatkan Orang Asia Berpikir? Kalimat yang agak provokatif menurut Abdul. Menurutnya, lebih ke arah provokatif sensitif. Mengapa sensitif? Karena sudah memasuki fragmen rasis yang berkaitan dengan martabat dan harga diri bangsa.
Kawasan Asia yakni kawasan yang terdiri negara dengan sejuta peradaban. Sebut saja kawasan timur tengah dengan peradaban Islamnya. Betapa jayanya masa Bani Ustmani yang ternyata terporakporandak oleh manipulasi politik dan teror rendahan yang dibumbui serta penghianatan. Lalu Negara Cina dengan peradaban Tionghoa, dan tentu saja Indonesia yang kaya akan budaya. Lalu, bagaimana bisa bangsa-bangsa Asia yang awalnya merupakan pelopor dari berbagai pengetahuan dan ilmu tertua dapat begitu mundur dan beralih menjadi

Senin, 16 Januari 2012

Belajar dari Bu Baidah

Apabila berjalan menuju jalan semanggi di kawasan kampus UIN Jakarta, selalu terlihat seorang nenek yang dengan apik membolak-balikkan martabak kecil di atas penggorengannya. Nenek berbaju panjang sederhana dengan jilbab yang selalu membalut kepalanya itu tidak pernah tampak sekali pun mengeluh.
Sembari menunggu dagangannya laku, tidak pernah sekalipun saya melihat beliau berhenti menggoreng. Dengan usia yang cukup senja, beliau cukup bersemangat dalam bekerja dan berusaha.
Ketika banyak orang yang dengan santai menadahkan tangan, beliau masih memiliki harga diri tinggi dengan menolak pemberian cuma-cuma dari kedua anaknya.
Alhamdulillah setelah beberapa kali membeli dagangannya (yang jujur membuat saya ketagihan karena rasanya sangat enak), akhirnya saya memiliki kesempatan untuk sekedar

Sabtu, 14 Januari 2012

Perubahan



Seorang anak pernah bertanya kepada ayahnya mengenai arti kehidupan. Ayahnya pun menjawab, kehidupan layaknya permainan. Permainan membutuhkan pemain dengan kubu berbeda. Supaya seru, permainan tersebut harus kompetitif di mana pada akhir permainan selalu ada pemenang dan pecundang. Si anak tertegun lama, otaknya mengalami penolakan informasi, rasanya bukan itu jawaban yang dia harapkan. 
Tidak, ayah, hidup bukanlah permainan, hidup adalah tujuan. Tidak ada kompetisi dalam menyelami hidup. Kehidupan adalah belajar memahami sehingga menuju pada ruang kedewasaan. Fragmen-fragmen kekosongan diisi dengan pembelajaran. Fragmen yang telah diisi pun diolah menjadi sulaman kepribadian dan ilmu yang menjadikan suatu keadaan hampa menjadi berarti. Kehidupan

Share this article ^^