Hooamm. Baru terbangun. Ini
seperti hibernasi panjang. Tahun-tahun sebelumnya aku pasti tidak akan bisa
tidur kalau sehari saja belum menulis, baik menulis cerpen, artikel, curhatan,
bahkan unek-unek yang sering terlintas di otak. Rasanya menulis itu sudah
menjadi kulit di atas daging dalam tubuh ini. Melekat kuat.
Berbeda dengan setahun terakhir ini, dilema skripsi membuat hati tak tenang, serba bimbang, didera rasa tidak nyaman. Apalagi tekanan dari banyak sudut membuat diri menjadi antipati. Kegiatan pun monoton hanya itu-itu saja. Mengerjakan skripsi, bimbingan, jadi ibu rumah tangga kedua (karena sudah tidak ngekos lagi), tahfidz, talim, mengajar, dan kegiatan kerohanian yang lain. Kumpul dengan teman dan para sahabat pun hanya sekali-kali. Tanpa ada kegiatan perkuliahan dan organisasi. Rasanya bosaaann.
Orangtua sudah
mewanti-wanti agar segala organisasi yang aku ikuti mesti di-stop.
Harus
fokus skripsi, kata mereka. Jangan kayak bapak, kuliah di Arsitektur UGM
dalam kurun waktu sepuluh
tahun, haha. Sama sepertiku, hambatan bapak untuk lulus cepat karena
keasyikan
menulis. Berbagai lomba karya ilmiah pernah dijuarainya. Mungkin
bedanya, aku
belum pernah menjuarai satu pun lomba karya ilmiah, hahaha. Tapi paling
tidak,
maksimal aku menghabiskan waktu kuliah 5,5 tahun lah. Berbeda dengan
ibu, kuliah pada jurusan Psikologi Univ Taman Siswa Yogyakarta, tidak membuat
ibu menunda
kuliahnya. Mungkin karena saat itu semua biaya beliau tanggung sendiri,
dari
mulai tempat tinggal, makan, dan biaya kuliah, sehingga berat untuk
mengulur
waktu kelulusan.
Menyandang predikat mahasiswa lama
lulus memang menjadi beban, khususnya bila ada pertemuan keluarga, atau sekedar
main ke rumah saudara. “Laras udah lulus?”. Sehingga pertanyaan “Kapan menikah”
rupanya belum populer di kalangan lingkungan dekat, kalah dengan “Kapan lulus?”.
Pertanyaan kapan lulus sebenarnya sudah merekat kuat pada keluarga kami.
Seperti sepupuku yang kuliah di Kehutanan UGM pun sempat ditodong dengan
pertanyaan “Kapan lulus?”, namun akhirnya ia pun bisa menghilangkan pertanyaan
itu dengan lulus dalam waktu 5 tahun, bahkan pertanyaan "kapan menikah" pun sudah
tidak tertuju lagi padanya.
Ada
lagi salah seorang sepupu
yang juga kuliah dalam kurun waktu yang lama sekali. Lima tahun kuliah
teori,
dua tahun Koas. Totalnya tujuh tahun kuliah. Sekitar kurang dari satu
tahun
lagi, maka dia akan terbebas dari siksaan pertanyaan “kapan lulus”.
Sehingga aku dan sepupuku yang satu ini saling menguatkan, bahwa kami
sama-sama belum lulus dan berusaha untuk segera lulus dengan nilai
terbaik. Lain lagi
dengan sepupuku yang saat ini berkuliah di Madinah. Jarak yang
sedemikian jauh membuat ia terhindar dari
pertanyaan-pertanyaan siksaan itu. Sehingga ia bisa dengan tenang dan
khidmat
belajar dan berilmu sembari me-muroja'ah hapalannya.
Nampaknya tidak hanya di kalangan
keluarga, beberapa teman pun ikut melancarkan siksaan-siksaan itu, Lucu saat
berkumpul dengan sahabat serambi sastra. Di sana juga ada beberapa teman
disabilitas. Meski mereka memiliki keterbatasan pengihatan, namun aku malah merasa
lebih memiliki keterbatasan dibandingkan dengan mereka.
Saat masih rajin-rajinnya
datang tiap bedah karya, aku selalu tertarik pada artikel. Karena tiap bedah
cerpen, pasti cerpenku yang paling buruk, hehe. Sena, salah satu sahabat
disabilitas, bertanya pada semua di antara kami mengenai kegiatan apa saja yang
sedang digeluti. Sena memang yang paling supel dan ceriwis, namun menyenangkan.
Ada yang masih menjadi penyiar radio, ada juga yang baru masuk kuliah tahun ini
(tuh kan, aku merasa tua), bahkan ada juga yang bekerja di bagian pembuatan skenario
Trans TV. Ketika pertanyaan mengarah padaku, ngg, bingung mau menjawab apa. Lantas
kujawab saja, “Penulis Skripsi”, jawabku sambil terkekeh geli. “Wah hebat kak
Amel”, gurau Sena meledekku. “Penulis artikel merambah jadi penulis skripsi,
nyambung kok, Kak.” *gubrakk.
5 komentar:
Aku suka postingan ini, terlebih ternyata yang menulis juga sama sepertiku, mahasiswa tingkat akhir. Ayo semangat ya! Kita selesaikan pertanyaan 'kapan lulus' ini :D
Yess, mari saling menyemangati:)
tahun ini bisa!
Emm.. Sebenernya, gw mau bilang ini udah lama..
Emm.. Gimana ngomongnya ya..
Emm..
Kapan lulus mel?
Hahahaa.. *Kacak pinggang* :P
Gue udah lulus dong abuuudd
Posting Komentar