Seorang ibu adalah pelita kehidupan. Ibu mengandung, melahirkan,
menyayangi, mendidik, dan mengasihi. Saat kita kecil, ketika menangis yang
diucapkan berkali-kali adalah “ibu, ibu, ibu”.
Seorang anak adalah cerminan seorang ibu. Apabila seorang anak memiliki
perilaku bejat, maka patut dipertanyakan bagaimana sang ibu mendidiknya. Begitu pula apabila seorang anak memiliki moral yang baik, maka sang ibulah yang berperan besar dalam pendidikan karakternya.
Lantas bagaimana dengan nenek kita? Apakah karena beliau merupakan tanggung
jawab orang tua, lantas kita bersikap tidak acuh?
Ketika nenek datang ke rumah, kita hanya menyalaminya dengan
seadanya. Tanpa bertanya bagaimana kabarnya. Nenek sudah makan atau belum? Tadi
di perjalanan gimana, Nek?
Atau, jangankan bertanya, ketika nenek kita mengajak ngobrol, kita
langsung tersenyum kecut seraya pergi menghindar. Apabila beliau minta bantuan,
kita berpura-pura tidak mendengar. Namun ketika beliau dengan senang hati ingin
memberikan uang jajan, kita berdiri paling depan. Naudzubillah.
Ingat kawan, beliau adalah ibu dari orangtua kita. Tanpa didikan dari
beliau, tidak mungkin kita hidup dengan nyaman dan tanpa kekurangan. Jasa
beliau bahkan tidak bisa dibandingkan dengan orangtua kita, beliau membesarkan
orangtua, sehingga orangtua kita pun bisa membesarkan kita sampai sekarang.
Janganlah kita kesal ketika beliau membanding-bandingkan kita dengan
cucunya yang lain. Atau jangan pula kita sebal ketika ternyata beliau lupa
mengingat nama kita dikarenakan banyaknya jumlah cucunya dan daya ingat beliau
yang mulai menurun.
Apabila nenek sudah tua renta, beliau terkadang bertingkah layaknya anak
kecil. Mudah merajuk, gampang tersinggung, dan menceritakan cerita yang sudah
berulang-ulang beliau ceritakan. Terkadang pula kita harus berbicara agak keras
karena kemampuan pendengarannya sudah mulai melemah. Namun, semua itu adalah ladang amal dan
pahala. Seberapa mampu kita membuatnya tetap nyaman ketika bersama kita. Apakah
kita bisa melayaninya tanpa membuatnya tersinggung. Meski yang bantuan kita
tidak akan sebanding dengan semua hal yang dilakukan nenek dalam membesarkan
orangtua kita.
Dengan merawat nenek, anggap saja kita berlatih mempersiapkan diri untuk
merawat orangtua nanti. Sehingga tidak ada lagi shock moment yang membuat kita
stres dan acuh terhadap orangtua kita ketika mereka tua nanti. Namun ingatlah,
sebesar apa pun sesuatu yang kita berikan kepada orangtua, tidak ada satu pun
yang sebanding dengan perjuangan orangtua dalam membesarkan dan menyayangi
kita. Oleh karena itu, berikanlah yang mampu kita berikan selama beliau masih
dapat menerimanya. Ketika beliau tidak dapat lagi menerimanya, yang dapat kita
lakukan adalah mendoakannya agar beliau diterima di sisi-Nya.
Terdapat beberapa hadist yang mewajibkan berbakti kepada orangtua
Terdapat beberapa hadist yang mewajibkan berbakti kepada orangtua
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya
telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah
(pula).” (Al-Ahqaf: 15)
سَأَلْتُ النَّبِيَّ n: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi, “Amalan
apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada
waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi menjawab, “Berbakti kepada
orangtua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di
jalan Allah.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
*This article is dedicated to my lovely grandma
Oleh: Amalia Larasati Oetomo
11 Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar