Sujud syukur! Berkali-kali saya bersujud akan kenikmatan
yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada saya.
***
Bermula dari sepulang dari kelas tahsin di sebuah lembaga tahfidz di
daerah Ciputat, saya mendapatkan pesan singkat dari seorang sahabat.
Singkat, hanya itu. Seketika saya agak khawatir takut ada
apa-apa. Atau jangan-jangan saya sudah menyinggung seseorang sehingga teman
saya ini mengirim pesan di facebok. Tuing tuing. Waduh, kok jadi deg-degan. Mau
dicek di ponsel mana nggak ada pulsa, hiks. Oke. Turun dari angkutan umum,
segera kaki ini menuju counter pulsa.
Uang lima ribu dengan sedih saya layangkan ke abang-abang
pulsa, jari-jari rupanya sudah stand by layar ponsel. Saya baca pesan
dari sahabat saya tersebut di facebook. Ternyata pesan berisi pemberitahuan
bahwa saya masuk ke dalam nominasi mahasiswa berprestasi bersama lima belas
mahasiswa lainnya dari empat kampus yang ada di Jabodetabek. Wow, masak?
Senang bercampur heran. Sembari mengernyitkan dahi, saya pun
membalasnya dengan sedikit jantung berdegup.
“Masak iya? Emangnya
dilihatnya dari mananya, Ukh?” jari saya rupanya mengetik dengan sangat
cepat.
Sedikit pesimis karena kalau dilihat dari mana-mana sepertinya jauh dari
prestasi, hehe.
“Pokoknya ada yang ngerekomendasiin kamu. Gimana, Mel? Mau?”
jawabnya.
Tanpa sadar ternyata saya sudah di dalam sebuah kopaja
menuju Istora Senayan. Saat itu saya bersama teman-teman MPS (Mahasiwa Peduli
Somalia) sedang diberikan amanah untuk menjaga sebuah stand lembaga kemanusiaan
di Islamic Book Fair.
Lalu tanpa berpikir panjang, saya mengiyakan tawaran
tersebut. Tiba-tiba teringat daftar target pencapaian yang sempat saya tulis
sekitar beberapa bulan yang lalu, yaitu menjadi mahasiswa berprestasi. Yee.
Meskipun saat itu saya kira impian tersebut sangat mengada-ada, tapi ya namanya
bermimpi ya harus tinggi, hehe.
Akhirnya dengan mantap saya tulis ukuran besar di dinding
kamar, “April: Masuk tiga besar Mahasiswa Berprestasi.”
Hehe, agak mustahil memang. Apalagi sebenarnya saya sedikit
malu ketika menempelkan target tersebut.
Target saya bersanding dengan target Susan Lestari, sahabat satu
kamar saya, yang jauh lebih banyak dan spektakuler. Mau tau target Susan apa
saja? Beli bb, beli laptop, pake behel, beli ipad, beli mobil, beli rumah, umrah dan haji
bersama mama, dll.
Dan mau tahu dari target tersebut apa saja yang sudah
dicoret? BB, laptop, behel, ipad, dan mobil. Dan semua itu diperoleh asli dari jerih
payahnya sendiri. Saya sebagai teman satu kamarnya saja sedikit tidak percaya
saat dia mengabarkan akan membeli mobil. I don’t believe her until she shows
me the car.
Kereeen.
Di usia 20 tahun Susan udah bisa beli mobil dengan uang
sendiri! Itu kan amazing bangettt.
Saya pun melihat pencapaian-pencapaian yang telah saya
coret, yaitu menerbitkan buku, terbitnya artikel di Koran nasional, dan punya
bimbel dengan omset jutaan perbulan. Alhamdulillah semua sudah tercapai! Oke, saya harus percaya diri dan
yakin bahwa saya bisa menang. Wong masuk lima belas besar saja bisa, insyaAllah
pasti bisa masuk tiga besar. Pasti bisaaa.
Hari yang ditunggu pun tiba, yaitu pengumuman pemenang
mahasiswa berprestasi yang diadakan di kampus. Rupanya saya agak terlambat,
acaranya sudah dimulai. Acara diawali dengan training motivasi. Ketika masuk,
ternyata ada beberapa nominator yang membawa orangtuanya. Bahkan ada juga yang
membawa keluarga lengkap. Sedikit menyesal juga saat itu. Saya memang sempat
menawarkan orangtua untuk ikut, namun mereka berdua sibuk bekerja seharian.
Meskipun begitu, saya tidak henti memberitahukan berita baik ini kepada mereka.
Akhirnya momen yang ditunggu pun tiba. Pemenang pertama
diraih oleh teman saya sesama mahasiswa UIN. Yang kedua adalah seorang mahasiswi yang berasal
dari UI. Ketiga pemenang ketiga disebut oleh MC, ketika itu saya sedang sms-an
dengan teman sehingga tidak terlalu memperhatikan pengumuman.
“Amalia Larasati Oetomo”
Tiba-tiba adik kelas saya yang juga menjadi salah satu
nominator mencolek-colek badan saya.
“Kakak, itu Kak, kakak dipanggil. Cie Kak Amel.”
"Hah?" saya melongo.
Dengan ekspresi muka datar, saya beranjak dari tempat duduk menuju panggung. Menerima penghargaan dan kembali lagi ke tempat duduk semula.
Padahal saya sedikit tidak menduga karena itu loh, nominatornya pemuda-pemuda hebat semua. Dari enterpreneur, trainer, organisator, penerima beasiswa ke luar negeri. Namun pikiran positif tersebut mengalahkan hal-hal yang mustahil. Toh saya sudah menuliskan besar-besar di dinding kamar.
Sehingga setiap teman yang masuk ke kamar, mereka membaca dan ikut
mengamini
Yee, ini dia plakat penghargaannya. ^^
"Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan
semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu
selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak
mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah
menduga-duga.(Q.S. 10:66)"
Ingat teman-teman, bahwa Allah sangat mencintai prasangka baik dan sikap optimis, seperti hadist berikut,
"Sesungguhnya Allah mencintai sikap positif dan membenci sikap putus asa." (Hadist)
Jadi, ayo dong teman-teman, berpikir positif itu ya lebih positif dari berpikir negatif, (ya iyalah) hehe.
Ingat teman-teman, bahwa Allah sangat mencintai prasangka baik dan sikap optimis, seperti hadist berikut,
"Sesungguhnya Allah mencintai sikap positif dan membenci sikap putus asa." (Hadist)
Jadi, ayo dong teman-teman, berpikir positif itu ya lebih positif dari berpikir negatif, (ya iyalah) hehe.
Lagi serius ni.
Tahu tidak, kalau otak kita mengandung 85% air. Loh, apa hubungannya berpikir positif dengan air? Ada dong. Berdasarkan buku karangan Dr. Masaru Emoto yang berjudul "The True Power of Water" Singkat aja ya, buku tersebut memaparkan bahwa dengan berpikir positif, maka seluruh air yang berada dalam tubuh kita akan membentuk kristal indah yang akan memberikan dorongan energi positif yang kuat. Namun bayangkan apabila kita berpikir negatif, berapa banyak energi negatif yang muncul hilir mudik di tubuh kita
Nah, selain berpikir positif, sebaiknya kita juga berikhtiar demi pencapaian target tersebut. Seperti meningkatkan kualitas diri dan menjadi pembelajar sejati. Namun menurut saya yang terpenting adalah tuliskan target-target mimpi yang akan kita capai. Teman-teman ingat seorang mahasiswa IPB, Danang sang pembuat jejak, betapa dia begitu yakin dengan seratus pertama mimpi-mimpinya. Dan seperti yang diharapkan, sebagian besar mimpinya tercapai. Karena dengan menulis target di sebuah kertas, maka pikiran-pikiran positif akan timbul sehingga mau tidak mau otak akan bersinkronisasi dengan tubuh untuk berusaha mewujudkan pencapaian yang telah ditulis tersebut.
So teman-teman, berpikir positif yuk.
0 komentar:
Posting Komentar