14 Juli 2011
Oleh: Amalia Larasati Oetomo
Acap kali yang terlintas dalam benak mengenai semesta adalah sekerumuk materi dengan kepadatan yang akumulatif dengan estimasi luas tidak terhingga. Terdiri dari jutaan galaksi yang tersebar pada seluruh ruang semesta, berputar ke arah pusaran lubang hitam supermasif.
Teori penciptaan alam semesta mengalami berbagai liku perkembangan berdasarkan pemikiran-pemikiran para ilmuwan. Dimulai dari pemikiran materialisme pada abad 19 yang berasumsi bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu dengan keadaan konstan. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Pemikiran konservatif tersebut bertentangan dengan teori Big Bang yang diusung oleh George Lemarie. George berteori pada mulanya alam semesta berupa sebuah primeval atom dengan kepadatan yang sangat besar. Atom tersebut meledak dan seluruh materinya terlempar keruang alam semesta. Timbul dua gaya saling bertentangan, gaya grafitasi dan gaya kosmis. Oleh karena gaya kosmis berperan dominan dibanding gaya gravitasi, alam semesta mengalami ekspansi tanpa henti.
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa bintang-bintang ini bergerak menjauhi bumi. Spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan yang dilakukan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung berwarna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus mengembang.
Teori yang dikemukakan George Lemaire memiliki sinkronisasi terikat dengan penemuan yang dilakukan Edwin Hubble. Maha Suci Allah yang telah mengukirnya pada goresan ayat Al-Quran. "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47). Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini bermakna luar angkasa dan alam semesta. Dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
referensi
http://agorsiloku.wordpress.com/2006/06/26/kronologi-alam-semesta-dari-kacamata-sains/
0 komentar:
Posting Komentar