Setapak kaki renta tertatih menyusuri lantai kayu tua
Decitan-decitan kayu berbunyi seakan mengingatkan
Decitan indah dan menyedihkan bergantian tiap pijakan
Setapak kaki renta bersinergi dengan lantai kayu demi keseimbangan.
Perlahan dan perlahan
Satu denyit, dua denyit, tiga denyit, empat denyit, lima denyit, tak lagi terdengar denyitan
Setapak kaki renta hentikan tapakan.
Pupil pudar menatap jendela lapang transparan berhias manik-manik dari sedotan
Pupil pudar tak berkedip menatap jalan
Pupil pudar pengharap kedatangan
Pupil pudar perlahan berkaca-kaca sembari tertutup kelopak berkerut
Kelopak berkerut bergetar
Tak kuasa menahan bendungan rindu
Perlahan tetesan air rindu membasahi pipi keriput
Pipi keriput telah lama tak menoreh senyuman
Pipi keriput senantiasa menantikan kecupan yang tak kunjung pulang
Pipi keriput kian keriput setelah satu dasawarsa tak dipandang
Pulang lah, Nak
11072011
oleh Amalia Larasati Oetomo
Senin, 11 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar