Pengunjung Lapak

Rabu, 07 April 2010

0-6 th No Punishment!!!!????


Tambun, 7 April 2010

 by: Amel

Tanpa hukuman?

Kata-kata yang dikemukakan oleh dosen Perkembangan Peserta Didik senin kemarin membuat saya tercengang, apa mungkin bisa ?

Apalagi melihat lingkungan sekitar kita, hukuman bagi anak usia dini tidak jarang kita temui. Dari bentakan sampai pukulan. Ada pula beberapa orang tua yang menghukum anaknya dengan cara mengurungnya di kamar mandi, sampai tidak memberinya makan. Apalagi jika kita menengok kebelakang, mengingat peristiwa yang dialami Tegar, bocah usia 4 tahun yang kehilangan kakinya akibat ayah tirinya sendiri, padahal terjadinya peristiwa hanya karena sang ayah tiri kesal karena sering ditinggal oleh istrinya kepasar. Dan masih banyak lagi punishment yang dilakukan orang tua kepada anaknya.

Hal ini bisa dikaitkan terhadap konsep pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses makhluk hidup menuju suatu kematangan secara alamiah. contohnya: pertambahan tinggi, menguap, tertawa, tidur, makan, dll. Perkembangan adalah proses makhluk hidup menuju suatu kematangan yang memerlukan proses belajar. Contoh: berbicara, berjalan, menulis, dll

Menurut istilah perkembangan, suatu makhluk hidup, khususnya manusia, proses belajar merupakan suatu kesatuan dalam hidup, tanpa adanya proses belajar, manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya. Seperti manusia yang saat balita tidak diajari berjalan, maka seumur hidupnya akan terus merangkak. Proses perkembangan pada manusia diperlihat melalui proses kematangan sebagai hasil, bayi 4 bulan tidak akan mungkin bisa berbicara walaupun orang tuanya dengan gigih mengajarinya berbicara, karena bayi 4 bulan belum terdapat tingkat kematangannya dalam berbicara, tingkat kematangan manusia terdapat disetiap tingkatan usianya.

Para orang tua juga dituntut untuk memahami fase-fase pertumbuhan anak. Fase pertama, mulai usia 0-1 tahun. Pada permulaan hidupnya, anak diusia ini merupakan suatu makhluk yang tertutup dan egosentris, ia mempunyai dunia sendiri yang berpusat pada dirinya sendiri. Dalam fase ini, anak mengalami pertumbuhan pada semua bagian tubuhnya. Ia mulai terlatih mengenal dunia sekitarnya dengan berbagai macam gerakan. Anak mulai dapat memegang dan menjangkau benda-benda disekitarnya. Ini berarti mulai ada hubungan antara dirinya dan dunia luar yang terjadi pertengahan tahun pertama (± 6 bulan). Pada akhir fase ini, terdapat dua hal yang penting, yaitu anak belajar berjalan dan mulai berbicara.

Fase kedua, terjadi pada usia 2-4 tahun. Anak semakin tertarik kepada dunia luar terutama dengan berbgai macam permainan den bahasa. Dunia selitarnya dipandang dan diberi corak menurut keadaan dan sifat-sifat dirinya. Disinilah mulai timbl kesadaran akan "Akunya". Anak berubah menjadi pemberontak dan semua harus tunduk kepada keinginannya.

Fase ketiga, terjadi pada usia 5-8 tahun. Pada fase pertama dan kedua, anak masih bersifat sangat subjektif namun pada fase ketiga ini, anak mulai dapat melihat sekelilingnya dengan lebih objektif. Semangat bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Timbul kesadaran kerja dan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Rasa sosial juga mulai tumbuh. Ini berarti dalam hubungan sosialnya, anak sudah dapat tunduk pada ketentuan-ketentuan disekitarnya, Mereka menginginkan ketentuan-ketentuan yang logis dan kongkrit. Pandangan dan keinginan akan realitas mulai timbul.

Pada usia 5-8 tahun, si anak sudah mulai menyadari akan kewajibannya, namun usia 5 menuju 8 membutuhkan proses, layaknya pada istilah kematangan, oleh karena itu, masa dimana no punishment, diterapkan pada anak berusia 0-6 tahun.

Kembali lagi pada kata-kata 'Tidak ada hukuman', pada usia 0-6 tahun. Berdasarkan ketiga fase tersebut, terdapat tingkat kematangan perilaku pada tiap fase. Dapat disadari bahwa perilaku anak-anak pada usia dibawah 6 tahun masih belum memahami adanya peraturan yang mengekang dirinya, oleh karena itu tidak selayaknya jika kita, sebagai tenaga pendidik, menerapkan hukuman pada anak usia tersebut. Anak2 tersebut masih mudah lupa terhadap perbuatan yang dilakukannya.

Kalau begitu, bagaimana tindakan kita untuk menghadapi anak usia tersebut?
Pada usia 0-6 tahun, konsep ke "Akuan" masih melekat erat di benaknya. Oleh karena itu yang diterapkan hanyalah sistem reward. Pemberian hadiah jika anak tersebut melakukan kebaikan. Contohnya seperti pemberian satu bintang setiap satu kebaikan, setelah bintang terkumpul sesuai dengan jumlah yang disepakati, maka anak tersebut mendapatkan penghargaan. Konsep tersebut dapat diterapkan baik oleh tenaga pengajar maupun oleh orang tua. Namun bagaimana jika anak tersebut melakukan suatu kesalahan atau perbuatan yang menjengkelkan? Jika si anak melakukan kesalahan, orang tua hanya bertugas untuk mengingatkan, lalu jika si anak melakukan kesalahan lagi, orang tua hanya bertugas mengingatkan, lagi dan lagi. Mengingatkan dengan nada yang lembut, bukan nada yang kasar, apalagi dengan bentakan.

Jadi tidak ada istilah punishment untuk anak usia 0-6 tahun. Mungkin kita pernah melihat tayangan The Nany di TV. Tayangan yang menceritakan mengenai orang tua yang putus asa dalam menghadapi anaknya karena anak-anaknya tidak bisa diatur, lalu memanggil pangasuh dari The Nany untuk membantu dalam mendidik anak-anaknya. Pengasuh dalam The Nany tersebut biasanya menerapkan hukuman pada anak-anak yang dididiknya tersebut dan kebanyakan anak-anak tersebut berusia kurang dari 6 tahun. Jika kita memadukan konsep-konsep di atas dengan penerapan yang dilakukan oleh pengasuh dalam The Nany, kita bisa melihat banyak kesalahan dalam penerapan disiplin yang diterapkan oleh pengasuh The Nany,



0 komentar:

Posting Komentar

Share this article ^^